Karakteristik
kendaraan sangat perlu diketahui dalam merekayasa lalu lintas khususnya yang mengangkut
perlambatan/pengereman, percepatan, karakteristik pada saat membelok baik pada
kecepatan rendah untuk perencanaan radius tikung di perkotaan ataupun membelok
pada kecepatan tinggi dalam merencanakan superelevasi, dimensi serta berat
kendaraan.Semakin cepat berjalan semakin jauh pengereman bisa dilakukan.
Komponen yang terkait dengan itu adalah waktu reaksi mulai dari objek terlihat
oleh mata, diolah otak untuk kemudian mulai menginjak rem yang besarnya sekitar
2 detik, kemudian setelah rem diinjak masih ada jarak yang ditempuh sampai
dengan kendaraan berhenti.
Waktu
reaksi
Waktu reaksi ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti :
·
Usia,
pengemudi muda biasanya lebih pendek waktu reaksinya. Pembalap membutuhkan
waktu reaksi yang sangat cepat, sehingga biasanya pembalap berusia muda.
·
Kesehatan
atau
·
Pengaruh
obat/alkohol/narkotik
Jarak
Pengereman
Jarak pengereman tergantung kepada beberapa hal diantaranya:
·
Jalan
basah mengurangi koefisien gesekan dengan jalan.
·
Jalan
tergenang bisa mengakibatkan tidak ada friksi dimana kendaraan meluncur diatas
air yang disebut sebagai aqua planing.
·
Kondisi
ban, ban licin sudah tidak ada bunganya/treat lebih rendah gesekannya.
·
Jenis
rem yang digunakan.
Jarak pengereman dihitung dengan menggunakan rumus berikut
:
dimana:
= Jarak pengereman, m
= Kecepatan awal, m/s
= Kecepatan akhir, m/s
= Perlambatan, m/s2
=a/g (g=9.81 m/s2)
= Kelandaian %
Total
jarak berhenti
total
jarak berhenti adalah jarak yang ditempuh mulai dari adanya objek sampai saat
mulai dilakukan pengemreman ditmbah jarak pengereman.
Pada daftar berikut kita bisa melihat perbedaan jarak berhenti
antara jalan yang kering dan jalan yang basah. Dapat pula dilihat bahwa pada
kecepatan 30 km/jam jarak berhenti hanya 11 m sedang pada kecepatan 60 km/jam
telah naik menjadi tiga kalinya yaitu 33 m.
Kecepatan, Km/j
|
Jalan kering, m
|
Jalan basah, m
|
30
|
11
|
17
|
40
|
17
|
27
|
60
|
33
|
54
|
80
|
53
|
91
|
100
|
78
|
138
|
120
|
108
|
193
|
Percepatan
Percatan
atau yang biasa disebut juga sebagai akselerasi kendaraan besarnya tergantung kepada
beepberapa faktor diantaranya yang penting adalah massa kendaraan, jumlah
tenaga yang dihasilkan oleh mesin, yang kemudian dikonversikan kepada HP/ton[2] bobot kendaraan ataupun
KW/ton.
Percepatan
yang tinggi (wajar) ini diperlukan pada saat sedang menyalib kendaraan lain
disamping untuk memperbaiki unjuk kerja lalu lintas khususnya dalam
merencanakan pengaturan waktu pada APILL, merencanakan alinyemen vertikal
jalan. Tetapi percepatan yang tinggi merupakan hal yang sangat penting untuk
mobil balap, sehingga mobil-mobil sport biasanya didesain dengan percepatan
yang tinggi, untuk itu biasanya digunakan satuan waktu (dalam detik) yang
dibutuhkan kendaraan untuk mencapai kecepatan 100 km/jam.
Kendaraan
rencana
Kendaraan
Rencana[3] yang digunakan dalam
rekayasa lalu lintas dalam hal ini dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3
kategori:
1. Kendaraan
Kecil, diwakili oleh mobil penumpang;
2. Kendaraan
Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as;
3. Kendaraan
Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
Angka
tersebut diatas lebih besar dari besaran angka menurut Undang-undang No 22
tahun 2009 tentang lalu lintas dan Angkutan Jalan yang berlaku dimana panjang
maksimum kendaraan dengan rangka kaku adalah 1200 cm dan kendaraan tempelan
atau gandengan adalah 1800 cm dan lebar maksimum adalah 250 cm, serta tinggi
maksimum adalah 420 cm, namun akan lebih baik sehingga ada peluang untuk
mentolerir dan mengatasi kondisi lapangan.
Melihat
kepada komposisi arus lalu lintas di Indonesia, maka proporsi jumlah pengguna
sepeda motor yang paling tinggi, bisa mencapai 70 persen dari populasi
kendaraan bermotor dan sebagian besar dari sepeda motor tersebut dari jenis
bebek, namun belum banyak penelitian di dunia transportasi khususnya di bidang
rekayasa lalu lintas mengenai peranan sepeda motor di jalan.
Karakteristik
kendaraan sangat perlu diketahui dalam merekayasa lalu lintas khususnya yang mengangkut
perlambatan/pengereman, percepatan, karakteristik pada saat membelok baik pada
kecepatan rendah untuk perencanaan radius tikung di perkotaan ataupun membelok
pada kecepatan tinggi dalam merencanakan superelevasi, dimensi serta berat
kendaraan.Semakin cepat berjalan semakin jauh pengereman bisa dilakukan.
Komponen yang terkait dengan itu adalah waktu reaksi mulai dari objek terlihat
oleh mata, diolah otak untuk kemudian mulai menginjak rem yang besarnya sekitar
2 detik, kemudian setelah rem diinjak masih ada jarak yang ditempuh sampai
dengan kendaraan berhenti.
Waktu
reaksi
Waktu reaksi ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti :
·
Usia,
pengemudi muda biasanya lebih pendek waktu reaksinya. Pembalap membutuhkan
waktu reaksi yang sangat cepat, sehingga biasanya pembalap berusia muda.
·
Kesehatan
atau
·
Pengaruh
obat/alkohol/narkotik
Jarak
Pengereman
Jarak pengereman tergantung kepada beberapa hal diantaranya:
·
Jalan
basah mengurangi koefisien gesekan dengan jalan.
·
Jalan
tergenang bisa mengakibatkan tidak ada friksi dimana kendaraan meluncur diatas
air yang disebut sebagai aqua planing.
·
Kondisi
ban, ban licin sudah tidak ada bunganya/treat lebih rendah gesekannya.
·
Jenis
rem yang digunakan.
Jarak pengereman dihitung dengan menggunakan rumus berikut
:
dimana:
= Jarak pengereman, m
= Kecepatan awal, m/s
= Kecepatan akhir, m/s
= Perlambatan, m/s2
=a/g (g=9.81 m/s2)
= Kelandaian %
Total
jarak berhenti
total
jarak berhenti adalah jarak yang ditempuh mulai dari adanya objek sampai saat
mulai dilakukan pengemreman ditmbah jarak pengereman.
Pada daftar berikut kita bisa melihat perbedaan jarak berhenti
antara jalan yang kering dan jalan yang basah. Dapat pula dilihat bahwa pada
kecepatan 30 km/jam jarak berhenti hanya 11 m sedang pada kecepatan 60 km/jam
telah naik menjadi tiga kalinya yaitu 33 m.
Kecepatan, Km/j
|
Jalan kering, m
|
Jalan basah, m
|
30
|
11
|
17
|
40
|
17
|
27
|
60
|
33
|
54
|
80
|
53
|
91
|
100
|
78
|
138
|
120
|
108
|
193
|
Percepatan
Percatan
atau yang biasa disebut juga sebagai akselerasi kendaraan besarnya tergantung kepada
beepberapa faktor diantaranya yang penting adalah massa kendaraan, jumlah
tenaga yang dihasilkan oleh mesin, yang kemudian dikonversikan kepada HP/ton[2] bobot kendaraan ataupun
KW/ton.
Percepatan
yang tinggi (wajar) ini diperlukan pada saat sedang menyalib kendaraan lain
disamping untuk memperbaiki unjuk kerja lalu lintas khususnya dalam
merencanakan pengaturan waktu pada APILL, merencanakan alinyemen vertikal
jalan. Tetapi percepatan yang tinggi merupakan hal yang sangat penting untuk
mobil balap, sehingga mobil-mobil sport biasanya didesain dengan percepatan
yang tinggi, untuk itu biasanya digunakan satuan waktu (dalam detik) yang
dibutuhkan kendaraan untuk mencapai kecepatan 100 km/jam.
Kendaraan
rencana
Kendaraan
Rencana[3] yang digunakan dalam
rekayasa lalu lintas dalam hal ini dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3
kategori:
1. Kendaraan
Kecil, diwakili oleh mobil penumpang;
2. Kendaraan
Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as;
3. Kendaraan
Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
Angka
tersebut diatas lebih besar dari besaran angka menurut Undang-undang No 22
tahun 2009 tentang lalu lintas dan Angkutan Jalan yang berlaku dimana panjang
maksimum kendaraan dengan rangka kaku adalah 1200 cm dan kendaraan tempelan
atau gandengan adalah 1800 cm dan lebar maksimum adalah 250 cm, serta tinggi
maksimum adalah 420 cm, namun akan lebih baik sehingga ada peluang untuk
mentolerir dan mengatasi kondisi lapangan.
Melihat
kepada komposisi arus lalu lintas di Indonesia, maka proporsi jumlah pengguna
sepeda motor yang paling tinggi, bisa mencapai 70 persen dari populasi
kendaraan bermotor dan sebagian besar dari sepeda motor tersebut dari jenis
bebek, namun belum banyak penelitian di dunia transportasi khususnya di bidang
rekayasa lalu lintas mengenai peranan sepeda motor di jalan.
Karakteristik
kendaraan sangat perlu diketahui dalam merekayasa lalu lintas khususnya yang mengangkut
perlambatan/pengereman, percepatan, karakteristik pada saat membelok baik pada
kecepatan rendah untuk perencanaan radius tikung di perkotaan ataupun membelok
pada kecepatan tinggi dalam merencanakan superelevasi, dimensi serta berat
kendaraan.Semakin cepat berjalan semakin jauh pengereman bisa dilakukan.
Komponen yang terkait dengan itu adalah waktu reaksi mulai dari objek terlihat
oleh mata, diolah otak untuk kemudian mulai menginjak rem yang besarnya sekitar
2 detik, kemudian setelah rem diinjak masih ada jarak yang ditempuh sampai
dengan kendaraan berhenti.
Waktu
reaksi
Waktu reaksi ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti :
·
Usia,
pengemudi muda biasanya lebih pendek waktu reaksinya. Pembalap membutuhkan
waktu reaksi yang sangat cepat, sehingga biasanya pembalap berusia muda.
·
Kesehatan
atau
·
Pengaruh
obat/alkohol/narkotik
Jarak
Pengereman
Jarak pengereman tergantung kepada beberapa hal diantaranya:
·
Jalan
basah mengurangi koefisien gesekan dengan jalan.
·
Jalan
tergenang bisa mengakibatkan tidak ada friksi dimana kendaraan meluncur diatas
air yang disebut sebagai aqua planing.
·
Kondisi
ban, ban licin sudah tidak ada bunganya/treat lebih rendah gesekannya.
·
Jenis
rem yang digunakan.
Jarak pengereman dihitung dengan menggunakan rumus berikut
:
dimana:
= Jarak pengereman, m
= Kecepatan awal, m/s
= Kecepatan akhir, m/s
= Perlambatan, m/s2
=a/g (g=9.81 m/s2)
= Kelandaian %
Total
jarak berhenti
total
jarak berhenti adalah jarak yang ditempuh mulai dari adanya objek sampai saat
mulai dilakukan pengemreman ditmbah jarak pengereman.
Pada daftar berikut kita bisa melihat perbedaan jarak berhenti
antara jalan yang kering dan jalan yang basah. Dapat pula dilihat bahwa pada
kecepatan 30 km/jam jarak berhenti hanya 11 m sedang pada kecepatan 60 km/jam
telah naik menjadi tiga kalinya yaitu 33 m.
Kecepatan, Km/j
|
Jalan kering, m
|
Jalan basah, m
|
30
|
11
|
17
|
40
|
17
|
27
|
60
|
33
|
54
|
80
|
53
|
91
|
100
|
78
|
138
|
120
|
108
|
193
|
Percepatan
Percatan
atau yang biasa disebut juga sebagai akselerasi kendaraan besarnya tergantung kepada
beepberapa faktor diantaranya yang penting adalah massa kendaraan, jumlah
tenaga yang dihasilkan oleh mesin, yang kemudian dikonversikan kepada HP/ton[2] bobot kendaraan ataupun
KW/ton.
Percepatan
yang tinggi (wajar) ini diperlukan pada saat sedang menyalib kendaraan lain
disamping untuk memperbaiki unjuk kerja lalu lintas khususnya dalam
merencanakan pengaturan waktu pada APILL, merencanakan alinyemen vertikal
jalan. Tetapi percepatan yang tinggi merupakan hal yang sangat penting untuk
mobil balap, sehingga mobil-mobil sport biasanya didesain dengan percepatan
yang tinggi, untuk itu biasanya digunakan satuan waktu (dalam detik) yang
dibutuhkan kendaraan untuk mencapai kecepatan 100 km/jam.
Kendaraan
rencana
Kendaraan
Rencana[3] yang digunakan dalam
rekayasa lalu lintas dalam hal ini dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3
kategori:
1. Kendaraan
Kecil, diwakili oleh mobil penumpang;
2. Kendaraan
Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as;
3. Kendaraan
Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
Angka
tersebut diatas lebih besar dari besaran angka menurut Undang-undang No 22
tahun 2009 tentang lalu lintas dan Angkutan Jalan yang berlaku dimana panjang
maksimum kendaraan dengan rangka kaku adalah 1200 cm dan kendaraan tempelan
atau gandengan adalah 1800 cm dan lebar maksimum adalah 250 cm, serta tinggi
maksimum adalah 420 cm, namun akan lebih baik sehingga ada peluang untuk
mentolerir dan mengatasi kondisi lapangan.
Melihat
kepada komposisi arus lalu lintas di Indonesia, maka proporsi jumlah pengguna
sepeda motor yang paling tinggi, bisa mencapai 70 persen dari populasi
kendaraan bermotor dan sebagian besar dari sepeda motor tersebut dari jenis
bebek, namun belum banyak penelitian di dunia transportasi khususnya di bidang
rekayasa lalu lintas mengenai peranan sepeda motor di jalan.
Karakteristik
kendaraan sangat perlu diketahui dalam merekayasa lalu lintas khususnya yang mengangkut
perlambatan/pengereman, percepatan, karakteristik pada saat membelok baik pada
kecepatan rendah untuk perencanaan radius tikung di perkotaan ataupun membelok
pada kecepatan tinggi dalam merencanakan superelevasi, dimensi serta berat
kendaraan.Semakin cepat berjalan semakin jauh pengereman bisa dilakukan.
Komponen yang terkait dengan itu adalah waktu reaksi mulai dari objek terlihat
oleh mata, diolah otak untuk kemudian mulai menginjak rem yang besarnya sekitar
2 detik, kemudian setelah rem diinjak masih ada jarak yang ditempuh sampai
dengan kendaraan berhenti.
Waktu
reaksi
Waktu reaksi ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti :
·
Usia,
pengemudi muda biasanya lebih pendek waktu reaksinya. Pembalap membutuhkan
waktu reaksi yang sangat cepat, sehingga biasanya pembalap berusia muda.
·
Kesehatan
atau
·
Pengaruh
obat/alkohol/narkotik
Jarak
Pengereman
Jarak pengereman tergantung kepada beberapa hal diantaranya:
·
Jalan
basah mengurangi koefisien gesekan dengan jalan.
·
Jalan
tergenang bisa mengakibatkan tidak ada friksi dimana kendaraan meluncur diatas
air yang disebut sebagai aqua planing.
·
Kondisi
ban, ban licin sudah tidak ada bunganya/treat lebih rendah gesekannya.
·
Jenis
rem yang digunakan.
Jarak pengereman dihitung dengan menggunakan rumus berikut
:
dimana:
= Jarak pengereman, m
= Kecepatan awal, m/s
= Kecepatan akhir, m/s
= Perlambatan, m/s2
=a/g (g=9.81 m/s2)
= Kelandaian %
Total
jarak berhenti
total
jarak berhenti adalah jarak yang ditempuh mulai dari adanya objek sampai saat
mulai dilakukan pengemreman ditmbah jarak pengereman.
Pada daftar berikut kita bisa melihat perbedaan jarak berhenti
antara jalan yang kering dan jalan yang basah. Dapat pula dilihat bahwa pada
kecepatan 30 km/jam jarak berhenti hanya 11 m sedang pada kecepatan 60 km/jam
telah naik menjadi tiga kalinya yaitu 33 m.
Kecepatan, Km/j
|
Jalan kering, m
|
Jalan basah, m
|
30
|
11
|
17
|
40
|
17
|
27
|
60
|
33
|
54
|
80
|
53
|
91
|
100
|
78
|
138
|
120
|
108
|
193
|
Percepatan
Percatan
atau yang biasa disebut juga sebagai akselerasi kendaraan besarnya tergantung kepada
beepberapa faktor diantaranya yang penting adalah massa kendaraan, jumlah
tenaga yang dihasilkan oleh mesin, yang kemudian dikonversikan kepada HP/ton[2] bobot kendaraan ataupun
KW/ton.
Percepatan
yang tinggi (wajar) ini diperlukan pada saat sedang menyalib kendaraan lain
disamping untuk memperbaiki unjuk kerja lalu lintas khususnya dalam
merencanakan pengaturan waktu pada APILL, merencanakan alinyemen vertikal
jalan. Tetapi percepatan yang tinggi merupakan hal yang sangat penting untuk
mobil balap, sehingga mobil-mobil sport biasanya didesain dengan percepatan
yang tinggi, untuk itu biasanya digunakan satuan waktu (dalam detik) yang
dibutuhkan kendaraan untuk mencapai kecepatan 100 km/jam.
Kendaraan
rencana
Kendaraan
Rencana[3] yang digunakan dalam
rekayasa lalu lintas dalam hal ini dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3
kategori:
1. Kendaraan
Kecil, diwakili oleh mobil penumpang;
2. Kendaraan
Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as;
3. Kendaraan
Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
Angka
tersebut diatas lebih besar dari besaran angka menurut Undang-undang No 22
tahun 2009 tentang lalu lintas dan Angkutan Jalan yang berlaku dimana panjang
maksimum kendaraan dengan rangka kaku adalah 1200 cm dan kendaraan tempelan
atau gandengan adalah 1800 cm dan lebar maksimum adalah 250 cm, serta tinggi
maksimum adalah 420 cm, namun akan lebih baik sehingga ada peluang untuk
mentolerir dan mengatasi kondisi lapangan.
Melihat
kepada komposisi arus lalu lintas di Indonesia, maka proporsi jumlah pengguna
sepeda motor yang paling tinggi, bisa mencapai 70 persen dari populasi
kendaraan bermotor dan sebagian besar dari sepeda motor tersebut dari jenis
bebek, namun belum banyak penelitian di dunia transportasi khususnya di bidang
rekayasa lalu lintas mengenai peranan sepeda motor di jalan.
Karakteristik
kendaraan sangat perlu diketahui dalam merekayasa lalu lintas khususnya yang mengangkut
perlambatan/pengereman, percepatan, karakteristik pada saat membelok baik pada
kecepatan rendah untuk perencanaan radius tikung di perkotaan ataupun membelok
pada kecepatan tinggi dalam merencanakan superelevasi, dimensi serta berat
kendaraan.Semakin cepat berjalan semakin jauh pengereman bisa dilakukan.
Komponen yang terkait dengan itu adalah waktu reaksi mulai dari objek terlihat
oleh mata, diolah otak untuk kemudian mulai menginjak rem yang besarnya sekitar
2 detik, kemudian setelah rem diinjak masih ada jarak yang ditempuh sampai
dengan kendaraan berhenti.
Waktu
reaksi
Waktu reaksi ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti :
·
Usia,
pengemudi muda biasanya lebih pendek waktu reaksinya. Pembalap membutuhkan
waktu reaksi yang sangat cepat, sehingga biasanya pembalap berusia muda.
·
Kesehatan
atau
·
Pengaruh
obat/alkohol/narkotik
Jarak
Pengereman
Jarak pengereman tergantung kepada beberapa hal diantaranya:
·
Jalan
basah mengurangi koefisien gesekan dengan jalan.
·
Jalan
tergenang bisa mengakibatkan tidak ada friksi dimana kendaraan meluncur diatas
air yang disebut sebagai aqua planing.
·
Kondisi
ban, ban licin sudah tidak ada bunganya/treat lebih rendah gesekannya.
·
Jenis
rem yang digunakan.
Jarak pengereman dihitung dengan menggunakan rumus berikut
:
dimana:
= Jarak pengereman, m
= Kecepatan awal, m/s
= Kecepatan akhir, m/s
= Perlambatan, m/s2
=a/g (g=9.81 m/s2)
= Kelandaian %
Total
jarak berhenti
total
jarak berhenti adalah jarak yang ditempuh mulai dari adanya objek sampai saat
mulai dilakukan pengemreman ditmbah jarak pengereman.
Pada daftar berikut kita bisa melihat perbedaan jarak berhenti
antara jalan yang kering dan jalan yang basah. Dapat pula dilihat bahwa pada
kecepatan 30 km/jam jarak berhenti hanya 11 m sedang pada kecepatan 60 km/jam
telah naik menjadi tiga kalinya yaitu 33 m.
Kecepatan, Km/j
|
Jalan kering, m
|
Jalan basah, m
|
30
|
11
|
17
|
40
|
17
|
27
|
60
|
33
|
54
|
80
|
53
|
91
|
100
|
78
|
138
|
120
|
108
|
193
|
Percepatan
Percatan
atau yang biasa disebut juga sebagai akselerasi kendaraan besarnya tergantung kepada
beepberapa faktor diantaranya yang penting adalah massa kendaraan, jumlah
tenaga yang dihasilkan oleh mesin, yang kemudian dikonversikan kepada HP/ton[2] bobot kendaraan ataupun
KW/ton.
Percepatan
yang tinggi (wajar) ini diperlukan pada saat sedang menyalib kendaraan lain
disamping untuk memperbaiki unjuk kerja lalu lintas khususnya dalam
merencanakan pengaturan waktu pada APILL, merencanakan alinyemen vertikal
jalan. Tetapi percepatan yang tinggi merupakan hal yang sangat penting untuk
mobil balap, sehingga mobil-mobil sport biasanya didesain dengan percepatan
yang tinggi, untuk itu biasanya digunakan satuan waktu (dalam detik) yang
dibutuhkan kendaraan untuk mencapai kecepatan 100 km/jam.
Kendaraan
rencana
Kendaraan
Rencana[3] yang digunakan dalam
rekayasa lalu lintas dalam hal ini dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3
kategori:
1. Kendaraan
Kecil, diwakili oleh mobil penumpang;
2. Kendaraan
Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as;
3. Kendaraan
Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
Angka
tersebut diatas lebih besar dari besaran angka menurut Undang-undang No 22
tahun 2009 tentang lalu lintas dan Angkutan Jalan yang berlaku dimana panjang
maksimum kendaraan dengan rangka kaku adalah 1200 cm dan kendaraan tempelan
atau gandengan adalah 1800 cm dan lebar maksimum adalah 250 cm, serta tinggi
maksimum adalah 420 cm, namun akan lebih baik sehingga ada peluang untuk
mentolerir dan mengatasi kondisi lapangan.
Melihat
kepada komposisi arus lalu lintas di Indonesia, maka proporsi jumlah pengguna
sepeda motor yang paling tinggi, bisa mencapai 70 persen dari populasi
kendaraan bermotor dan sebagian besar dari sepeda motor tersebut dari jenis
bebek, namun belum banyak penelitian di dunia transportasi khususnya di bidang
rekayasa lalu lintas mengenai peranan sepeda motor di jalan.
Karakteristik
kendaraan sangat perlu diketahui dalam merekayasa lalu lintas khususnya yang mengangkut
perlambatan/pengereman, percepatan, karakteristik pada saat membelok baik pada
kecepatan rendah untuk perencanaan radius tikung di perkotaan ataupun membelok
pada kecepatan tinggi dalam merencanakan superelevasi, dimensi serta berat
kendaraan.Semakin cepat berjalan semakin jauh pengereman bisa dilakukan.
Komponen yang terkait dengan itu adalah waktu reaksi mulai dari objek terlihat
oleh mata, diolah otak untuk kemudian mulai menginjak rem yang besarnya sekitar
2 detik, kemudian setelah rem diinjak masih ada jarak yang ditempuh sampai
dengan kendaraan berhenti.
Waktu
reaksi
Waktu reaksi ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti :
·
Usia,
pengemudi muda biasanya lebih pendek waktu reaksinya. Pembalap membutuhkan
waktu reaksi yang sangat cepat, sehingga biasanya pembalap berusia muda.
·
Kesehatan
atau
·
Pengaruh
obat/alkohol/narkotik
Jarak
Pengereman
Jarak pengereman tergantung kepada beberapa hal diantaranya:
·
Jalan
basah mengurangi koefisien gesekan dengan jalan.
·
Jalan
tergenang bisa mengakibatkan tidak ada friksi dimana kendaraan meluncur diatas
air yang disebut sebagai aqua planing.
·
Kondisi
ban, ban licin sudah tidak ada bunganya/treat lebih rendah gesekannya.
·
Jenis
rem yang digunakan.
Jarak pengereman dihitung dengan menggunakan rumus berikut
:
dimana:
= Jarak pengereman, m
= Kecepatan awal, m/s
= Kecepatan akhir, m/s
= Perlambatan, m/s2
=a/g (g=9.81 m/s2)
= Kelandaian %
Total
jarak berhenti
total
jarak berhenti adalah jarak yang ditempuh mulai dari adanya objek sampai saat
mulai dilakukan pengemreman ditmbah jarak pengereman.
Pada daftar berikut kita bisa melihat perbedaan jarak berhenti
antara jalan yang kering dan jalan yang basah. Dapat pula dilihat bahwa pada
kecepatan 30 km/jam jarak berhenti hanya 11 m sedang pada kecepatan 60 km/jam
telah naik menjadi tiga kalinya yaitu 33 m.
Kecepatan, Km/j
|
Jalan kering, m
|
Jalan basah, m
|
30
|
11
|
17
|
40
|
17
|
27
|
60
|
33
|
54
|
80
|
53
|
91
|
100
|
78
|
138
|
120
|
108
|
193
|
Percepatan
Percatan
atau yang biasa disebut juga sebagai akselerasi kendaraan besarnya tergantung kepada
beepberapa faktor diantaranya yang penting adalah massa kendaraan, jumlah
tenaga yang dihasilkan oleh mesin, yang kemudian dikonversikan kepada HP/ton[2] bobot kendaraan ataupun
KW/ton.
Percepatan
yang tinggi (wajar) ini diperlukan pada saat sedang menyalib kendaraan lain
disamping untuk memperbaiki unjuk kerja lalu lintas khususnya dalam
merencanakan pengaturan waktu pada APILL, merencanakan alinyemen vertikal
jalan. Tetapi percepatan yang tinggi merupakan hal yang sangat penting untuk
mobil balap, sehingga mobil-mobil sport biasanya didesain dengan percepatan
yang tinggi, untuk itu biasanya digunakan satuan waktu (dalam detik) yang
dibutuhkan kendaraan untuk mencapai kecepatan 100 km/jam.
Kendaraan
rencana
Kendaraan
Rencana[3] yang digunakan dalam
rekayasa lalu lintas dalam hal ini dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3
kategori:
1. Kendaraan
Kecil, diwakili oleh mobil penumpang;
2. Kendaraan
Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as;
3. Kendaraan
Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
Angka
tersebut diatas lebih besar dari besaran angka menurut Undang-undang No 22
tahun 2009 tentang lalu lintas dan Angkutan Jalan yang berlaku dimana panjang
maksimum kendaraan dengan rangka kaku adalah 1200 cm dan kendaraan tempelan
atau gandengan adalah 1800 cm dan lebar maksimum adalah 250 cm, serta tinggi
maksimum adalah 420 cm, namun akan lebih baik sehingga ada peluang untuk
mentolerir dan mengatasi kondisi lapangan.
Melihat
kepada komposisi arus lalu lintas di Indonesia, maka proporsi jumlah pengguna
sepeda motor yang paling tinggi, bisa mencapai 70 persen dari populasi
kendaraan bermotor dan sebagian besar dari sepeda motor tersebut dari jenis
bebek, namun belum banyak penelitian di dunia transportasi khususnya di bidang
rekayasa lalu lintas mengenai peranan sepeda motor di jalan.
Karakteristik
kendaraan sangat perlu diketahui dalam merekayasa lalu lintas khususnya yang mengangkut
perlambatan/pengereman, percepatan, karakteristik pada saat membelok baik pada
kecepatan rendah untuk perencanaan radius tikung di perkotaan ataupun membelok
pada kecepatan tinggi dalam merencanakan superelevasi, dimensi serta berat
kendaraan.Semakin cepat berjalan semakin jauh pengereman bisa dilakukan.
Komponen yang terkait dengan itu adalah waktu reaksi mulai dari objek terlihat
oleh mata, diolah otak untuk kemudian mulai menginjak rem yang besarnya sekitar
2 detik, kemudian setelah rem diinjak masih ada jarak yang ditempuh sampai
dengan kendaraan berhenti.
Waktu
reaksi
Waktu reaksi ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti :
·
Usia,
pengemudi muda biasanya lebih pendek waktu reaksinya. Pembalap membutuhkan
waktu reaksi yang sangat cepat, sehingga biasanya pembalap berusia muda.
·
Kesehatan
atau
·
Pengaruh
obat/alkohol/narkotik
Jarak
Pengereman
Jarak pengereman tergantung kepada beberapa hal diantaranya:
·
Jalan
basah mengurangi koefisien gesekan dengan jalan.
·
Jalan
tergenang bisa mengakibatkan tidak ada friksi dimana kendaraan meluncur diatas
air yang disebut sebagai aqua planing.
·
Kondisi
ban, ban licin sudah tidak ada bunganya/treat lebih rendah gesekannya.
·
Jenis
rem yang digunakan.
Jarak pengereman dihitung dengan menggunakan rumus berikut
:
dimana:
= Jarak pengereman, m
= Kecepatan awal, m/s
= Kecepatan akhir, m/s
= Perlambatan, m/s2
=a/g (g=9.81 m/s2)
= Kelandaian %
Total
jarak berhenti
total
jarak berhenti adalah jarak yang ditempuh mulai dari adanya objek sampai saat
mulai dilakukan pengemreman ditmbah jarak pengereman.
Pada daftar berikut kita bisa melihat perbedaan jarak berhenti
antara jalan yang kering dan jalan yang basah. Dapat pula dilihat bahwa pada
kecepatan 30 km/jam jarak berhenti hanya 11 m sedang pada kecepatan 60 km/jam
telah naik menjadi tiga kalinya yaitu 33 m.
Kecepatan, Km/j
|
Jalan kering, m
|
Jalan basah, m
|
30
|
11
|
17
|
40
|
17
|
27
|
60
|
33
|
54
|
80
|
53
|
91
|
100
|
78
|
138
|
120
|
108
|
193
|
Percepatan
Percatan
atau yang biasa disebut juga sebagai akselerasi kendaraan besarnya tergantung kepada
beepberapa faktor diantaranya yang penting adalah massa kendaraan, jumlah
tenaga yang dihasilkan oleh mesin, yang kemudian dikonversikan kepada HP/ton[2] bobot kendaraan ataupun
KW/ton.
Percepatan
yang tinggi (wajar) ini diperlukan pada saat sedang menyalib kendaraan lain
disamping untuk memperbaiki unjuk kerja lalu lintas khususnya dalam
merencanakan pengaturan waktu pada APILL, merencanakan alinyemen vertikal
jalan. Tetapi percepatan yang tinggi merupakan hal yang sangat penting untuk
mobil balap, sehingga mobil-mobil sport biasanya didesain dengan percepatan
yang tinggi, untuk itu biasanya digunakan satuan waktu (dalam detik) yang
dibutuhkan kendaraan untuk mencapai kecepatan 100 km/jam.
Kendaraan
rencana
Kendaraan
Rencana[3] yang digunakan dalam
rekayasa lalu lintas dalam hal ini dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3
kategori:
1. Kendaraan
Kecil, diwakili oleh mobil penumpang;
2. Kendaraan
Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as;
3. Kendaraan
Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
Angka
tersebut diatas lebih besar dari besaran angka menurut Undang-undang No 22
tahun 2009 tentang lalu lintas dan Angkutan Jalan yang berlaku dimana panjang
maksimum kendaraan dengan rangka kaku adalah 1200 cm dan kendaraan tempelan
atau gandengan adalah 1800 cm dan lebar maksimum adalah 250 cm, serta tinggi
maksimum adalah 420 cm, namun akan lebih baik sehingga ada peluang untuk
mentolerir dan mengatasi kondisi lapangan.
Melihat
kepada komposisi arus lalu lintas di Indonesia, maka proporsi jumlah pengguna
sepeda motor yang paling tinggi, bisa mencapai 70 persen dari populasi
kendaraan bermotor dan sebagian besar dari sepeda motor tersebut dari jenis
bebek, namun belum banyak penelitian di dunia transportasi khususnya di bidang
rekayasa lalu lintas mengenai peranan sepeda motor di jalan.
Karakteristik
kendaraan sangat perlu diketahui dalam merekayasa lalu lintas khususnya yang mengangkut
perlambatan/pengereman, percepatan, karakteristik pada saat membelok baik pada
kecepatan rendah untuk perencanaan radius tikung di perkotaan ataupun membelok
pada kecepatan tinggi dalam merencanakan superelevasi, dimensi serta berat
kendaraan.Semakin cepat berjalan semakin jauh pengereman bisa dilakukan.
Komponen yang terkait dengan itu adalah waktu reaksi mulai dari objek terlihat
oleh mata, diolah otak untuk kemudian mulai menginjak rem yang besarnya sekitar
2 detik, kemudian setelah rem diinjak masih ada jarak yang ditempuh sampai
dengan kendaraan berhenti.
Waktu
reaksi
Waktu reaksi ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti :
·
Usia,
pengemudi muda biasanya lebih pendek waktu reaksinya. Pembalap membutuhkan
waktu reaksi yang sangat cepat, sehingga biasanya pembalap berusia muda.
·
Kesehatan
atau
·
Pengaruh
obat/alkohol/narkotik
Jarak
Pengereman
Jarak pengereman tergantung kepada beberapa hal diantaranya:
·
Jalan
basah mengurangi koefisien gesekan dengan jalan.
·
Jalan
tergenang bisa mengakibatkan tidak ada friksi dimana kendaraan meluncur diatas
air yang disebut sebagai aqua planing.
·
Kondisi
ban, ban licin sudah tidak ada bunganya/treat lebih rendah gesekannya.
·
Jenis
rem yang digunakan.
Jarak pengereman dihitung dengan menggunakan rumus berikut
:
dimana:
= Jarak pengereman, m
= Kecepatan awal, m/s
= Kecepatan akhir, m/s
= Perlambatan, m/s2
=a/g (g=9.81 m/s2)
= Kelandaian %
Total
jarak berhenti
total
jarak berhenti adalah jarak yang ditempuh mulai dari adanya objek sampai saat
mulai dilakukan pengemreman ditmbah jarak pengereman.
Pada daftar berikut kita bisa melihat perbedaan jarak berhenti
antara jalan yang kering dan jalan yang basah. Dapat pula dilihat bahwa pada
kecepatan 30 km/jam jarak berhenti hanya 11 m sedang pada kecepatan 60 km/jam
telah naik menjadi tiga kalinya yaitu 33 m.
Kecepatan, Km/j
|
Jalan kering, m
|
Jalan basah, m
|
30
|
11
|
17
|
40
|
17
|
27
|
60
|
33
|
54
|
80
|
53
|
91
|
100
|
78
|
138
|
120
|
108
|
193
|
Percepatan
Percatan
atau yang biasa disebut juga sebagai akselerasi kendaraan besarnya tergantung kepada
beepberapa faktor diantaranya yang penting adalah massa kendaraan, jumlah
tenaga yang dihasilkan oleh mesin, yang kemudian dikonversikan kepada HP/ton[2] bobot kendaraan ataupun
KW/ton.
Percepatan
yang tinggi (wajar) ini diperlukan pada saat sedang menyalib kendaraan lain
disamping untuk memperbaiki unjuk kerja lalu lintas khususnya dalam
merencanakan pengaturan waktu pada APILL, merencanakan alinyemen vertikal
jalan. Tetapi percepatan yang tinggi merupakan hal yang sangat penting untuk
mobil balap, sehingga mobil-mobil sport biasanya didesain dengan percepatan
yang tinggi, untuk itu biasanya digunakan satuan waktu (dalam detik) yang
dibutuhkan kendaraan untuk mencapai kecepatan 100 km/jam.
Kendaraan
rencana
Kendaraan
Rencana[3] yang digunakan dalam
rekayasa lalu lintas dalam hal ini dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3
kategori:
1. Kendaraan
Kecil, diwakili oleh mobil penumpang;
2. Kendaraan
Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as;
3. Kendaraan
Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
Angka
tersebut diatas lebih besar dari besaran angka menurut Undang-undang No 22
tahun 2009 tentang lalu lintas dan Angkutan Jalan yang berlaku dimana panjang
maksimum kendaraan dengan rangka kaku adalah 1200 cm dan kendaraan tempelan
atau gandengan adalah 1800 cm dan lebar maksimum adalah 250 cm, serta tinggi
maksimum adalah 420 cm, namun akan lebih baik sehingga ada peluang untuk
mentolerir dan mengatasi kondisi lapangan.
Melihat
kepada komposisi arus lalu lintas di Indonesia, maka proporsi jumlah pengguna
sepeda motor yang paling tinggi, bisa mencapai 70 persen dari populasi
kendaraan bermotor dan sebagian besar dari sepeda motor tersebut dari jenis
bebek, namun belum banyak penelitian di dunia transportasi khususnya di bidang
rekayasa lalu lintas mengenai peranan sepeda motor di jalan.
Karakteristik
kendaraan sangat perlu diketahui dalam merekayasa lalu lintas khususnya yang mengangkut
perlambatan/pengereman, percepatan, karakteristik pada saat membelok baik pada
kecepatan rendah untuk perencanaan radius tikung di perkotaan ataupun membelok
pada kecepatan tinggi dalam merencanakan superelevasi, dimensi serta berat
kendaraan.Semakin cepat berjalan semakin jauh pengereman bisa dilakukan.
Komponen yang terkait dengan itu adalah waktu reaksi mulai dari objek terlihat
oleh mata, diolah otak untuk kemudian mulai menginjak rem yang besarnya sekitar
2 detik, kemudian setelah rem diinjak masih ada jarak yang ditempuh sampai
dengan kendaraan berhenti.
Waktu
reaksi
Waktu reaksi ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti :
·
Usia,
pengemudi muda biasanya lebih pendek waktu reaksinya. Pembalap membutuhkan
waktu reaksi yang sangat cepat, sehingga biasanya pembalap berusia muda.
·
Kesehatan
atau
·
Pengaruh
obat/alkohol/narkotik
Jarak
Pengereman
Jarak pengereman tergantung kepada beberapa hal diantaranya:
·
Jalan
basah mengurangi koefisien gesekan dengan jalan.
·
Jalan
tergenang bisa mengakibatkan tidak ada friksi dimana kendaraan meluncur diatas
air yang disebut sebagai aqua planing.
·
Kondisi
ban, ban licin sudah tidak ada bunganya/treat lebih rendah gesekannya.
·
Jenis
rem yang digunakan.
Jarak pengereman dihitung dengan menggunakan rumus berikut
:
dimana:
= Jarak pengereman, m
= Kecepatan awal, m/s
= Kecepatan akhir, m/s
= Perlambatan, m/s2
=a/g (g=9.81 m/s2)
= Kelandaian %
Total
jarak berhenti
total
jarak berhenti adalah jarak yang ditempuh mulai dari adanya objek sampai saat
mulai dilakukan pengemreman ditmbah jarak pengereman.
Pada daftar berikut kita bisa melihat perbedaan jarak berhenti
antara jalan yang kering dan jalan yang basah. Dapat pula dilihat bahwa pada
kecepatan 30 km/jam jarak berhenti hanya 11 m sedang pada kecepatan 60 km/jam
telah naik menjadi tiga kalinya yaitu 33 m.
Kecepatan, Km/j
|
Jalan kering, m
|
Jalan basah, m
|
30
|
11
|
17
|
40
|
17
|
27
|
60
|
33
|
54
|
80
|
53
|
91
|
100
|
78
|
138
|
120
|
108
|
193
|
Percepatan
Percatan
atau yang biasa disebut juga sebagai akselerasi kendaraan besarnya tergantung kepada
beepberapa faktor diantaranya yang penting adalah massa kendaraan, jumlah
tenaga yang dihasilkan oleh mesin, yang kemudian dikonversikan kepada HP/ton[2] bobot kendaraan ataupun
KW/ton.
Percepatan
yang tinggi (wajar) ini diperlukan pada saat sedang menyalib kendaraan lain
disamping untuk memperbaiki unjuk kerja lalu lintas khususnya dalam
merencanakan pengaturan waktu pada APILL, merencanakan alinyemen vertikal
jalan. Tetapi percepatan yang tinggi merupakan hal yang sangat penting untuk
mobil balap, sehingga mobil-mobil sport biasanya didesain dengan percepatan
yang tinggi, untuk itu biasanya digunakan satuan waktu (dalam detik) yang
dibutuhkan kendaraan untuk mencapai kecepatan 100 km/jam.
Kendaraan
rencana
Kendaraan
Rencana[3] yang digunakan dalam
rekayasa lalu lintas dalam hal ini dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3
kategori:
1. Kendaraan
Kecil, diwakili oleh mobil penumpang;
2. Kendaraan
Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as;
3. Kendaraan
Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
Angka
tersebut diatas lebih besar dari besaran angka menurut Undang-undang No 22
tahun 2009 tentang lalu lintas dan Angkutan Jalan yang berlaku dimana panjang
maksimum kendaraan dengan rangka kaku adalah 1200 cm dan kendaraan tempelan
atau gandengan adalah 1800 cm dan lebar maksimum adalah 250 cm, serta tinggi
maksimum adalah 420 cm, namun akan lebih baik sehingga ada peluang untuk
mentolerir dan mengatasi kondisi lapangan.
Melihat
kepada komposisi arus lalu lintas di Indonesia, maka proporsi jumlah pengguna
sepeda motor yang paling tinggi, bisa mencapai 70 persen dari populasi
kendaraan bermotor dan sebagian besar dari sepeda motor tersebut dari jenis
bebek, namun belum banyak penelitian di dunia transportasi khususnya di bidang
rekayasa lalu lintas mengenai peranan sepeda motor di jalan.
Komentar
Posting Komentar